Data
Novel:
Siti
Nurbaya ( Kasih Tak Sampai )
Pengarang
: Marah Rusli
Penerbit
: Balai Pustaka
Tahun
Terbit : 1992
Tempat
Terbit : Jakarta
Tebal
: 271 halaman
Pelaku
: Siti Nurbaya, Samsulbahri, Datuk Maringgih, Baginda Sulaiman, dan Sultan
Mahmud.
o IDENTIFIKASI UNSUR INTRINSIK:
a) Tokoh
dan Karakter Tokoh
Istilah
tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan watak, perwatakan, atau
karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang menggambarkan kualitas
pribadi seorang tokoh. Tokoh cerita menempati posisi strategis sebagai pembawa
dan penyampai pesan, amanat, atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan kepada
pembaca. Secara umum kita mengenal tokoh protagonis dan antagonis.
Karakter
dan sifat Tokoh-tokoh pada Novel:
Siti
Nurbaya : baik, rela berkorban demi ayahnya.
Samsulbahri
: baik, bijak, rela berkorban demi Siti Nurbaya.
Baginda Sulaiman : Pasrah pada nasib, kurang bijak, rela
mengorbankan anaknya demi membayar hutang.
Sultan Mahmud : Kurang berpikir panjang, tidak bijak dan
terlanjur terburu-buru dalam membuat keputusan.
Datuk Maringgih : culas, moralnya bobrok, serakah, jahat,
biang masalah.
b) Latar
(Setting)
Latar
dalam sebuah cerita menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan. Latar
memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas. Hal ini penting untuk
memberikan kesan realistis kepada pembaca, menciptakan suasana tertentu yang
seolah-olah sungguh-sungguh ada dan terjadi. Unsur latar dapat dibedakan ke
dalam tiga unsur pokok, yaitu sebagai berikut:
ü
Latar Tempat
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat merujuk pada lokasi terjadinya peristiwa. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu.
Latar tempat dalam Novel: Di kota
Padang dan di Stovia, Jakarta (tempat sekolah Samsulbahri)
ü
Latar Waktua
Latar waktu berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
Latar waktu berhubungan dengan "kapan" terjadinya peristiwaperistiwa yang diceritakan.
Latar Waktu dalam Novel: pada masa
dimana Kota Padang masih terjadi banyak huru hara juga saat dimana moral masih
bobrok.
ü
Latar Sosial
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.
Latar sosial merujuk pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan dosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Latar sosial dapat berupa kebiasaan hidup, istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap, serta hal-hal lainnya.
Latar Sosial dalam Novel: Merupakan
banyak mengandung unsur adat-istiadat Melayu.
c) Alur
(Plot)
Alur
adalah urutan peristiwa yang berdasarkan hukum sebab akibat. Alur tidak hanya
mengemukakan apa yang terjadi, akan tetapi menjelaskan mengapa hal ini terjadi.
Kehadiran alur dapat membuat cerita berkesinambungan. Oleh karena itu, alur
biasa disebut juga susunan cerita atau jalan cerita. Ada dua cara yang dapat
digunakan dalam menyusun bagianbagian cerita, yakni sebagai berikut. Pengarang
menyusun peristiwa-peristiwa secara berurutan mulai dari perkenalan sampai
penyelesaian. Susunan yang demikian disebut alur maju. Urutan peristiwa
tersebut meliputi:
- mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.)
- mulai melukiskan keadaan (situation): Saat ayah siti Nurbaya masih sukses. (Bukti: Ibunya meninggal saat Siti Nurbaya masih kanak-kanak, maka bisa dikatakan itulah titik awal penderitaan hidupnya. Sejak saat itu hingga dewasa dan mengerti cinta ia hanya hidup bersama Baginda Sulaiman, ayah yang sangat disayanginya. Ayahnya adalah seorang pedagang yang terkemuka di kota Padang. Sebagian modal usahanya merupakan uang pinjaman dari seorang rentenir bernama Datuk Maringgih.)
- peristiwa-peristiwa mulai bergerak (generating circumtanses): Datuk Maringgih mulai culas. (Bukti: Pada mulanya usaha perdagangan Baginda Sulaiman mendapat kemajuan pesat. Hal itu tidak dikehendaki oleh rentenir seperti Datuk Maringgih. Maka untuk melampiaskan keserakahannya Datuk Maringgih menyuruh kaki tangannya membakar semua kios milik Baginda Sulaiman. Dengan demikian hancurlah usaha Baginda Sulaiman. Ia jatuh miskin dan tak sanggup membayar hutang-hutangnya pada Datuk Maringgih. Dan inilah kesempatan yang dinanti-nantikannya. Datuk Maringgih mendesak Baginda Sulaiman yang sudah tak berdaya agar melunasi semua hutangnya. Boleh hutang tersebut dapat dianggap lunas, asalkan Baginda Sulaiman mau menyerahkan Siti Nurbaya, puterinya, kepada Datuk Maringgih.)
- keadaan mulai memuncak (rising action): Samsulbahri mengetahui nasib Siti Nurbaya. (Bukti: Siti Nurbaya menangis menghadapi kenyataan bahwa dirinya yang cantik dan muda belia harus menikah dengan Datuk Maringgih yang tua bangka dan berkulit kasar seprti kulit katak. Lebih sedih lagi ketika ia teringat Samsulbahri, kekasihnya yang sedang sekolah di stovia, Jakarta. Sungguh berat memang, namun demi keselamatan dan kebahagiaan ayahandanya ia mau mengorbankan kehormatan dirinya. Samsulbahri yang berada di Jakata mengetahui peristiwa yang terjadi di desanya, terlebih karena Siti Nurbaya mengirimkan surat yang menceritakan tentang nasib yang dialami keluarganya.)
- mencapai titik puncak (klimaks): Samsulbahri dan Datuk Maringgih saling bunuh. (Bukti: Sepuluh tahun kemudian, dikisahkan dikota Padang sering terjadi huru-hara dan tindak kejahatan akibat ulah Datuk Maringgih dan orang-orangnya. Samsulbahri yang telah berpangkat Letnan dikirim untuk melakukan pengamanan. Samsulbahri yang mengubah namanya menjadi Letnan Mas segera menyerbu kota Padang. Ketika bertemu dengan Datuk Maringgih dalam suatu keributan tanpa berpikir panjang lagi Samsulbahri menembaknya. Datuk Maringgih jatuh tersungkur, namun sebelum tewas ia sempat membacok kepala Samsulbahri dengan parangnya.)
-
pemecahan masalah/ penyelesaian (denouement): setelah membunuh Datuk Maringgih, Samsulbahri pun akhirnya
tewas tanpa mendapatkan gadis pujaannya Siti Nurbaya. (Bukti: Samsulbahri alias
Letnan Mas segera dilarikan ke rumah sakit. Pada saat-saat terakhir menjelang
ajalnya, ia meminta dipertemukan dengan ayahandanya. Tetapi ajal lebih dulu
merenggut sebelum Samsulbahri sempat bertemu dengan orangtuanya dan Siti
Nurbaya yang telah mendahuluinya.)
d) Sudut
Pandang (Point of View)
Sudut
pandang adalah visi pengarang dalam memandang suatu peristiwa dalam cerita.
Untuk mengetahui sudut pandang, kita dapat mengajukan pertanyaan siapakah yang
menceritakan kisah tersebut? Ada beberapa macam sudut pandang, di antaranya
sudut pandang orang pertama (gaya bercerita dengan sudut pandang "aku"),
sudut pandang peninjau (orang ketiga), dan sudut pandang campuran.
Sudut
Pandang dalam Novel : sudut pandang orang ke-3.
e) Gaya
Bahasa
Gaya
bahasa adalah cara khas penyusunan dan penyampaian dalam bentuk tulisan dan
lisan. Ruang lingkup dalam tulisan meliputi penggunaan kalimat, pemilihan
diksi, penggunaan majas,dan penghematan kata. Jadi, gaya merupakan seni
pengungkapan seorang pengarang terhadap karyanya.
Gaya Bahasa Novel: Gaya Bahasa novel
ini adalah Melayu.
f) Tema
Tema
adalah persoalan pokok sebuah cerita. Tema disebut juga ide cerita. Tema dapat
berwujud pengamatan pengarang terhadap berbagai peristiwa dalam kehidupan ini.
Kita dapat memahami tema sebuah cerita jika sudah membaca cerita tersebut
secara keseluruhan.
Tema Novel: Tema Novelnya adalah
kisah cintayang tak kunjung padam dari sepasang anak manusia yaitu Siti Nurbaya
dan Samsulbahri.
g) Amanat
Melalui
amanat, pengarang dapat menyampaikan sesuatu, baik hal yang bersifat positif
maupun negatif. Dengan kata lain, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan
pengarang berupa pemecahan atau jalan keluar terhadap persoalan yang ada dalam
cerita.
Amanat yang terkandung dalam Novel:
ß Demi orang-orang yang dicintainya seorang wanita bersedia
mengorbankan apa saja meskipun ia tahu pengorbanannya dapat merugikan dirinya
sendiri. Lebih-lebih pengorbanan tersebut demi orang tuanya.
ß Bila asmara melanda jiwa seseorang maka luasnya samudra
tak akan mampu menghalangi jalannya cinta. Demikianlah cinta yang murni tak
akan padam sampai mati.
ß Bagaimanapun juga praktek lintah darat merupakan sumber
malapetaka bagi kehidupan keluarga.
ß Menjadi orang tua hendaknya lebih bijaksana, tidak
memutuskan suatu persoalan hanya untuk menutupi perasaan malu belaka sehingga
mungkin berakibat penyesalan yang tak terhingga.
ß Dan kebenaran sesungguhnya di atas segala-galanya.
ß Akhir dari segala kehidupan adalah mati, tetapi mati
jangan dijadikan akhir dari persoalan hidup.
o IDENTIFIKASI UNSUR EKSTRINSIK:
Adapun unsur ekstrinsik adalah
unsur-unsur yang berada di luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangun cerita sebuah karya. Yang termasuk unsur ekstrinsik karya
sastra antara lain sebagai berikut.
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
1. Keadaan subjektivitas pengarang yang memiliki sikap, keyakinan, dan pandangan hidup.
Keadaan Subjektivitas: pengarang
berusaha melakukan inovasi baru, dengan menggebrak Sastra Indonesia Modern
dengan melncurkan novel ini dengan gaya bahasa sendiri. Pandangan hidup penulis
adalah pandangan hidup ke depan dan penuh inovasi baru. Dan juga tak terpaut
juga terkekang dengan adat istiadat lama.
2. Psikologi pengarang (yang mencakup proses kreatifnya.
Psikologi pengarang: merasa
terkekang dengan adat istiadat lama, dan melakukan terobosan dengan mengarang
buku novel, “Siti Nurbaya”.
3. Keadaan di lingkungan pengarang
seperti ekonomi, politik, dan sosial.
Keadaan yang terjadi: masih
terkekang dalam kehidupan adat istiadat yang masih kuno, baik dari segi
ekonomi, politik dan sosialnya. Lalu pengarang berusaha membuat terobosan baru
dengan karyanya.
4. Pandangan hidup suatu bangsa dan
berbagai karya seni yang lainnya.
Pandangan yang terjadi: pada saat
itu pandangan karya seni cenderung monoton, dan gaya bahsanya hanya itu saja,
jadi Marah Rusli membuat gebrakan dengan memunculkan gaya bahasa Melayu.
0 komentar:
Posting Komentar