Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

Batagor Dan Gerobak Sate part 2




Waktu menunjukan pukul 02.46.Aku tidak bisa tidur.Saat kupejamkan mata fenomena-fenomena tadi berulang kembali di batin.Sudah kukelilingi daerah pasar malam dan sekitarnya, tapi aku belum bisa menemukan gadisku.Aku  sangat cemas.Kamarku yang remang oleh cahaya rembulan ini membuatku depresi.
Niatku  baik, untuk manjauhkannya dari bahaya, tapi kenapa ia malah terkena bahaya yang lebih besar ? Aku hanya mendorong pelan dirinya keluar dari pintu, tetapi mengapa ia bisa terpeleset separah itu hingga menghantam gerobak sate? Gila, aku gila! Ataukah sebenarnya  gadiskulah yang sedang lebih gila.
Depresi ku semakin menjadi, 2 tahun hubungan yang kujalin bersamanya terancam musnah, hanya  karenasepiring batagor dan gerobak sate!
Keesokkan harinya aku mencari gadisku di sekolahnya. Langsung kuhampiri  tempatbiasa ia bersantai, tapi tidak juga kutemukan.Ataukah gadisku sudah pulang kerumahnya?.Namun aku tidak sanggup untuk mendatangi rumahnya. Ditengah semua kegalauan ini aku menghentikan motorku di depan sebuah truk. Segera aku membuka internet di smartphoneku.
Aku membutuh cara untuk menghilangkan depresi ini. Akhirnya aku menemukannya.
Cara  pertama untuk menghilangkan depresi adalah: Ceritakan masalahmu pada orang terdekat. Cara ini kuanggap gagal karena ketika bi Yuli,si  penjual martabak di sekolahku, nyaris tidak bisa lagi membedakan antara uang dan kacang, karena sakit perut akibat tertawa seharian.
 Kedua: Isilah kegiatan dengan hal-hal positif seperti menulis cerita .Cara ini juga kuanggab gagal, karena tidak memberikan hasil untukku. Pernahkuciptakan sebuah puisi berjudul  ‘Batagor Kematian’. Puisi ku pun  dibacakan pada sebuah ajang cipta puisi, dan apa akibatnya lima orang anak sekolah dasar menangis menjerit-jerit.
Selama beberapa minggu aku mempraktikkan cara-cara yang kudapat dari internet, tetapi hasilnya nihil.
Sebuah pepatah yang menggugah perasaanku ‘Selesaikan dengan segera hal-hal yang membuat anda depresi’.
Waktu terus berjalan, namun belum juga kutemukan gadisku.Melalui perjuangan berat aku mendapatkan nomor telepon gadisku dari salah satu temannya.Aku pundiharuskan mentraktir mereka agar mauberbicara.Dari hasil interogasiku ternyata gadisku selalu mengigau akibat ulahku.
“ Apa yang diigaukannya? ” Tanyaku
“ Potong kepalanya…Potong kepalanya… “ Jawabnya.
Aku bingung, bagaimana cara yang tepat untuk menolong gadisku. Semua usaha yang kulakukan sudah mencapai batas kemampuanku.Pada suatu malam, tepatnya jum’at, aku datang kerumah gadisku.Mengapa aku memilih malam jum’at? Karena aku punya pemikiran jika arwahku pergi di malam itu rohku tenang pasti tenang. Saat aku mengetuk pintu rumah gadisku  yang berwarna merah terang, sepasang mata mengintip dari celah pintu. Tak salah lagi, itu mata yang sangat kukenal.Namun belum sempat aku mengatakan tiga patah kata ia segera membanting pintu. Aku bingung. Di dalam rumahnya  terdengar derap kaki dan suara piring berdentang. Aku makin bingung, kuputuskan untuk menunggu sejenak. Suara berdentang semakin berisik, bahkan terdengar suara aneh, yah seperti suara pisau yang sedang  diasah. Seketika rasanya jantungku berhenti berdekat, Gila, aku harus pergi dari sini.Namun tiba-tiba  pintu terbuka hingga  membuatku terloncat satu meter kebelakang. Gadis itu berdiri didepan pintu, membawa sebuah nampan,  isinya dua buah mangkuk yang berisi  sebuah bungkusan hitam dan pisau dapur.
Gadisku  meletakkannampanitu di atas meja, tangannya memegang sebuah pisau. Gadisku memberi isyarat agar aku duduk di kursi tanpa berkata sepatahpun.Aku patuh mengikuti permintaanya.Gadisku berdiri tepat dihadapanku, dengan kasar dikeluarkannya isi bungkusan hitam yang dipegangnyai, ternyata didalamnya terdapat lontong nasi.gadiskumemotong-motong lontong tersebut di atas meja dengan garang. Aku merasa kursiku terasa menelanku.
Setelah selesai dengan prosesi pemotongan yang sangat sadis, gadisku  memasukan lontong kedalam dua mangkuk yang dibawanya. Isi kedua mangkuk itu ternyata  adalah kuah sate padang porsi besar.Aku tertegun melihatnya. Tiba-tiba dengan garang gadisku membentakku  menyuruh aku memakan sate itu.
“Makan! ” Katanya.
“Tetapi...” Kataku.
“ Makan!”
“ Nggak ada sendok! “
“ Biarin, pakai tangan!”
Aku tidak bisa berbuat apa-apa.Ketimbang harus membuat pisau dapur melayang ke leherku, terpaksa aku mengambil mangkuk tersebut dan mulai memakannya. Akupun  makan dengan kaki gemetar.
Mangkuk yang diberikan padaku sudah kosong.Jemariku penuh oleh kuah sate.Tanganku sedikit nyeri karena kuah tersebut panas. Aku tidak sanggup membayangkan penderitaan gadisku,  ketika harus mandi kuah sate di tengah jalan.Illfeel!
Suasana menjadi tegang.pisau yang masih gadisku genggam membuatku menciut, namun kuberanikan diri untuk bicara.
“Anu…, yang itu kenapa nggak dimakan?”
“Untuk kamu!”
“ Oh, ” Aku pura-pura tersenyum.
“Untuk kamu dipotong-potong,lalu dimasukin kesitu. “
Senyum palsuku berubah jadi wajah panik,aku berdiri dan mengeluarkan sebuah bungkusan hitam dari jaketku.Gadisku mengernyitkan mata memandang bungkusan itu.Kutumpahkan isinya ke dalam mangkuk satenya, isinya adalah batagor yang telah kupersiapkan jauh dari rumah.
“ Apaan ini? ” Tanya gadis itu.
“Batagor, coba dicicip dulu, ” Kataku.
Gadisku mengambil salah satu isi batagor dan memakannya sekali telan.Aku tidak bisa membaca ekspresi wajahnya. Tapi satu hal pasti,  harus kulakukan : Kabur!
Aku berlari kencang meninggalkan  rumah gadisku. Yang kuingat, bersamaan dengan teriakannya, sebuah pisau dapur menghantam tembok 5 cm tepat di atas rambutku.Saat aku lari, di jalanpun rasanya seperti ada beruang yang mengejar.Usai sudah.“Dia-aku-end” Aku tidak pernah berusaha untuk mencari gadisku lagi.
Hanya sebuah surat yang menjadi kata terakhirku buatnya. Surat itu kutinggalkan di kursi tamunya malam itu.
Dear, aku minta maaf atas malapetaka itu. Aku nggak mengira kalau usahaku menjauhkanmu dari bahaya malah mempertemukanmu dengan bencana. Kamu pasti belum tahu penyebab abang sate itu mengamuk, mengapa kamu menabrak gerobak sate sampai mandi kuah, dan penyebab aku terperosok dalam jurang hina ini.Tak lain dan tak bukan hanyalah sepiring batagor. Karena itu, janganlah kiranya kau potong kepala,tumpahkanlah kekesalanmu pada batagor yang kuberikan.Mungkin ini terakhir kali kita bertemu. Maaf atas kesalahanku selama dua  tahun indah bersamamu. Selamat tinggal.”
Begitulah. Kalau aku memandang langit malam, aku jadi ingat  batagor dan gerobak sate itu membawa horror ke dalam hidupku,Juga malam saat terakhir bersama gadisku. Hal kecil bisa menimbulkan bencana besar. Sampai sekarang, jika aku makan diluar, maka aku akan melihat situasi di sekeliling dulu. Aku trauma pada dua hal,  pertama, orang yang makan sate di belakangku,  kedua, gerobak sate di depanku.

 END






Syayyid Qhutub Saifullah
1-5-2012
11.39 WIB

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar