Kutipan [1]:
Umar
bin Khatab ra bertanya kepada Ali bin Abi Thalib as, “Aku heran
kepadamu wahai Ali! Karena setiap kesulitan yang aku tanyakan kepadamu,
engkau tidak pernah mengatakan `tidak tahu` dan menjawabnya langsung,
bahkan tanpa berpikir sejenak pun.”
Lalu Ali bin Abi Thalib as menunjukan lima jarinya ke hadapan Umar bin Khatab seraya berkata, “Wahai Umar, berapakah ini?”
Seketika itu juga Umar bin Khatab menjawab, “Lima!”
Imam
Ali bin Abi Thalib berkata, “Ketahuilah wahai umar! Sesungguhnya
bagiku, semua ilmu pengetahuan dan jawaban dari segala masalah adalah
semudah engkau menjawab pertanyaanku tadi.”
Komentar :
Rasulullah saw bersabda, “Ana Madinatil Ilmi, Wa Aliyun Babuha.” Yang artinya “Aku adalah Kota Ilmu, sedangkan Ali adalah pintunya.” Sebuah hadis yang sangat populer di kalangan syiah.
Dalam
keyakinan kaum syiah, tiada jalan keselamatan kecuali berwilayah kepada
Ali bin Abi Thalib, yang memiliki pengetahuan sempurna setelah Nabi
Muhammad. Mereka meyakni, dalam Ali bin Abi Thalib memiliki kwalitas
keilmuan yang sebanding dengan Rasulullah, yakni yang mengetahui segala
pengetahuan. Tidak ada sahabat lain yang memiliki pengetahuan sebanding
dengan Nabi saw kecuali Ali bin Abi Thalib.
Bila kita menelurusi
seluruh riwayat dalam literatur sunni maupun syiah, dapat kita temukan
banyak riwayat di mana Abu Bakar dan Umar kesulitan menjawab suatu
pertanyaan, tapi tidak dengan Ali bin Abi Thalib. Tidak dapat ditemukan
di dalam literatur mazhab manapun, dimana terdapat riwayat bahwa Ali bin
Abi Thalib tidak dapat menjawab pertanyaan siapa saja tentang apa saja.
Bahkan ketika ada seseorang yang bertanya ,”Siapa yang mengetahui
jumlah semut yang ada di sebuah padang rumput?” Ali bin Abi Thalib
langsung menunjukan bahwa dirinyalah yang mengetahui jumlah semut itu.
Tampaknya
keyakinan kaum syiah terhadap kesempurnaan pengetahuan Ali bin Abi
Thalib terlaul ekstrem. Hal itu tampak sangat kontras atau bahkan
bertolak belakang dengan keyakinan mazhab non syiah yang bahkan
menganggap Nabi itu seorang manusia biasa yang jangankan sempurna
kecerdasannya, bahkan dalam keyakinan mazhab ini, untuk baca dan tulis
pun Nabi saw tidak mampu. Bagi mereka inilah makna dari sebutan Nabi
Umy, yaitu Nabi yang Umy. Sementara kaum syiah meyakininya sebagai Nabi
Kaum Umy, yakni kaumnyalah yang Umi, tak bisa baca tulis, bukan Nabinya.
Pertentangan keyakinan tentang kesemperunaan kecerdasan Ali bin
Abi Thalib dan Muhammad saw ini tidaklah perlu menjadi bahan
perselisihan. Tapi, marilah kita dengarkan kedua belah pihak dengan
segenap argumentasinya. Selanjutnya, berilah kebebasan kepada diri kita
sendiri dan orang lain untuk meyakini argumentasi yang terbaik menurut
penilaian masing-masing.
Sempurnanya Kecerdasan Ali Bin Abi Thalib
21.21 |
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar