part1
oleh : Syayyid QS
Melihat langit malam seperti ini, aku
teringat suatu kisah di suatu tempat dalam folder kenanganku bersama Dia dahulu.
Waktu itu langit juga sedang cerah bertabur bintang saat aku jalan berdua
dengan dirinya di sebuah pasar malam kota. Kami puas bermain disana, rumah
hantu, lempar panah, komedi putar, semua sudah kami jelajahi.Hanya tawa yang
mengisi dunia kami.Surga seolah berkunjung ke bumi dalam satuan waktu yang tak
terpilah walau sedetik saja.
Tanpa kami sadari jarum pendek telah
menyapa angka 10. Lelah atas segala utopia ini, kami duduk di bangku taman tak
jauh dari pasar malam itu.
Saat tengah bersantai ria, seorang
penjual sate padang lewat di depan kami. Sebagai seorang cowok gentle, akupun menawarkan padanya
jajanan pedas tersebut.
“Ayang
mau sate?”Rayuku.
Dengan hati berbunga aku datangi abang satetersebut.
Namun bunga dalam taman surgaku itu terbang dihempas badai guntur beberapa
detik setelah kuutarakan tujuan dan harapanku.
Bagaimana tidakkecewa? Abang itu menawarkan
sate setusuk Rp.2000,00! Yang benar saja bang, nasi gemuk di SD adikkusaja bisa
dapat sebungkus! Dan yang lebih sial lagi, setelah itu dia menanyakanapa aku mau membeli
kuahnya sekalian? Langsung saja aku pergidari hadapan abang itu sebelum dia
sempat bertanya padaku apa lidinya harus langsung ditusukkan ke satenya?
“Kenapa
tidak jadi membeli satenya?” Kata gadisku.
“Abangnya
kena diare mendadak.”
Tak lama berselang, rasa lapar
benar-benar menyerang kami.Akhirnya kami berkeliling di sekitar daerah pasar
malam untuk mencari makanan.
Setelah gentayangan cukup lama, kami
menemukan sebuah rumah makan yang menyajikan berbagai macam hidangan.
Aku memesan mie ayam dan gadisku ini
memesan nasi goreng.Beberapa saat kemudian makanan tersebut dihidangkandidepan
kami.
Setelah menyantap hidangan, kami ngobrol
ceria di rumah makan itu.Kami membuat dunia berdua, kiri-kanan depan-belakang
semua terabaikan, termasuk seorang berbadan besar dan tegap yang sejak mula
duduk di belakang kami.Sekalipun pria itu terbatuk-batuk keras dan mengganggu
sekeliling, dunia kami tidak terganggu barang secuilpun.
Merasa sudah puas, kami beranjak untuk pergi.Namun
disaat kami hendak bangkit dari kursi, pria besar tadi segera berdiri dari
kursinya, batuk keras sekali setengah meronta.
Gadisku sontak kaget.Apalagi pria itu
melemparkan berbagai benda yang ada di atas mejanya ke segala arah.Membuat
rumah makan itu gempar.Gadisku semakin panik.
Yang benar saja.Aku tidak bisa
membiarkan ini terjadi.Segera kudorong gadisku untuk berlindung di
belakangku.Lalu dengan marah campur jengkel, tinju kombinasi kekesalan
kudaratkan di mukanya.Bug. Pria itu terlentang di lantai, terbatuk-batuk.
Dengan mengernyit, aku lihat wajah
maniak ini. Aku kaget, ternyata ia adalah
abang penjual sate yang pelit
itu. Dia meronta di lantai.Suaranya parau, meminta air.
Aku mengambil airdi atasmeja yang
berantakan.Segera kuminumkan pada abang sate. Beberapa menit kami semua yang
ada di rumah makan itu memperhatikan proses alam kembalinya kesadaran sang
abang, mulai dari batuk keras, batuk mengecil, serak-serak basah, parau, dan
terakhir terdengar bunyi alphabet ‘R’ panjang.
Begitu sadar, abang sate segera
mengantuk-antukan kepalanya ke tanah meminta maaf.Abang itu lalu menceritakan
kronologi kasus ini.
Aku mengerti, karena frustasi tidak ada
yang mau membeli satenya. Menurutku itu wajar, abang sate mampir ke rumah makan ini untuk
menenangkan jiwa.Abang sate memesan batagor yang rencananya akan dimakan sambil
menonton tv di rumah makan ini. Namun batagornya pedas sekali. Abang sate
berkali-kali meminum air putih, akibatnya tenggorokannya menderita pergantian rasa yang ekstrim.Penyakit batuknya yang baru sembuh
beberapa hari yang lalu terpanggil kembali. Abang sate tidak ingin sedikitpun
kehilangan acara tv, makaia makan dan minum tanpa menoleh. Abang sate tersedak.
Akhirnya muncullah sebagian adegan yang
tak pernah dipublikasikan dari film Kingkong.
Hanya karena makan batagor, abang sate mendapat
masalah seperti ini.
Mood
aku lenyap seketika.Setelahmembayar, cepat-cepat aku keluar dari rumah makan
itu.Namun begitu aku keluar, disana juga terjadi keributan.Aku melihat kalau
yang sedang dikerumuni itu gerobak sate padang yang terbalik.
“Ini
‘kan punya abang tadi? Ah!abang ama gerobaknya sama aja suka bikin masalah.”
Tapi setelah kulihat baik-baik bukan
hanya gerobaknya yang diperbincangkan orang-orang. Ternyata di depan gerobak
terbalik yang kuahnya berhamburan kemana-mana, terdapat jejak-jejak kuah berbentuk
tapak kaki yang menjauhi gerobak. Tanpa sengaja kutemukan HP gadisku yang
berlumuran kuah di depan gerobak tersebut.
bersambung :D